IBX-Jakarta. Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran global terhadap perubahan iklim semakin meningkat. Emisi karbon, terutama karbon dioksida (CO₂), merupakan salah satu penyebab utama perubahan iklim yang terjadi saat ini. Gas ini dilepaskan ke atmosfer melalui berbagai aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak, dan gas alam), deforestasi, dan aktivitas industri. Seiring dengan meningkatnya populasi dunia dan perkembangan ekonomi global, tingkat emisi karbon terus mengalami peningkatan, menciptakan dampak yang signifikan pada ekosistem dan kehidupan manusia.
Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi gas rumah kaca, termasuk CO₂, telah menyebabkan kenaikan suhu rata-rata global. Menurut laporan terbaru dari Global Carbon Project, emisi karbon dioksida (CO₂) global diproyeksikan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024. Diperkirakan total emisi karbon mencapai 41,6 miliar ton pada tahun 2024, meningkat dari 40,6 miliar ton pada tahun sebelumnya. Hal ini memicu berbagai fenomena negatif, seperti kenaikan permukaan laut, cuaca ekstrem, dan kerusakan ekosistem. Dalam konteks ini, pengelolaan emisi karbon menjadi isu yang mendesak di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Sebagai tanggapan terhadap tantangan global ini, berbagai inisiatif telah dilakukan, termasuk Perjanjian Paris 2015, yang bertujuan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius. Perusahaan, pemerintah, dan individu kini didorong untuk mengambil langkah konkret dalam mengurangi jejak karbon mereka melalui praktik berkelanjutan, inovasi teknologi, dan kesadaran lingkungan yang lebih tinggi. Salah satu cara inovatif untuk mengatasi tantangan ini adalah melalui perdagangan karbon, yang kini juga dikaitkan dengan investasi dalam bentuk saham karbon.
Apa Itu Saham Karbon?
Saham karbon adalah instrumen keuangan yang mewakili kepemilikan dalam perusahaan atau proyek yang terlibat dalam perdagangan karbon. Perdagangan karbon sendiri adalah mekanisme yang memungkinkan perusahaan atau negara untuk membeli dan menjual hak emisi karbon (biasanya dalam satuan ton karbon dioksida). Sistem ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara global dengan memberikan insentif ekonomi bagi pengurangan emisi.
Bagaimana Saham Karbon Bekerja?
Perdagangan karbon didasarkan pada prinsip bahwa pengurangan emisi karbon memiliki nilai ekonomi. Untuk itu, perdagangan karbon menyediakan dua pendekatan utama:
- Cap-and-Trade:
Pemerintah menetapkan batas emisi (cap) untuk industri atau sektor tertentu. Perusahaan yang mampu mengurangi emisi di bawah batas yang ditentukan dapat menjual sisa hak emisi (allowance) mereka ke perusahaan lain yang membutuhkan. - Kredit Karbon (Carbon Credit):
Perusahaan atau proyek yang mampu menyerap karbon atau mengurangi emisi (misalnya melalui energi terbarukan atau reforestasi) dapat menghasilkan kredit karbon yang kemudian dijual di pasar.
Perusahaan yang Terlibat dalam Saham Karbon di Indonesia
Berikut adalah beberapa perusahaan di Indonesia yang terlibat dalam perdagangan karbon atau memiliki potensi untuk menjadi bagian dari bursa karbon di masa depan. Perusahaan ini umumnya bergerak di sektor energi terbarukan, kehutanan, atau industri yang terkait dengan pengurangan emisi karbon:
1. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)
- Bidang Usaha: Energi terbarukan, khususnya panas bumi.
- Keterlibatan dalam Karbon: Mengoperasikan proyek energi bersih yang menghasilkan kredit karbon.
2. PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN)
- Bidang Usaha: Energi baru terbarukan, terutama pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan mikrohidro (PLTM).
- Keterlibatan dalam Karbon: Proyek mereka berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dengan menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
3. PT Arkora Hydro Tbk (ARKO)
- Bidang Usaha: Energi terbarukan, khususnya pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
- Keterlibatan dalam Karbon: Mengoperasikan proyek yang memanfaatkan sumber daya air sebagai energi bersih, yang memiliki potensi untuk menghasilkan kredit karbon.
4. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT)
- Bidang Usaha: Perkebunan kelapa sawit dan energi terbarukan.
- Keterlibatan dalam Karbon: Proyek energi bersih melalui biomassa dan pengelolaan keberlanjutan perkebunan.
5. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
- Bidang Usaha: Energi, termasuk energi baru terbarukan seperti proyek panas bumi.
- Keterlibatan dalam Karbon: Selain bisnis minyak dan gas, Medco mengembangkan proyek energi bersih yang dapat mendukung perdagangan karbon.
Saham karbon merupakan peluang investasi yang menjanjikan di era perubahan iklim, terutama bagi mereka yang ingin berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan sekaligus mendapatkan keuntungan finansial. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengurangan emisi karbon, saham karbon berpotensi menjadi salah satu instrumen investasi utama di masa depan.
Sumber: Global CO2 emissions to hit record high in 2024, report says, IDX Carbon, World Meteorological Organization