Intercounbix

Shaping a sustainable future

Transfer Pricing | Accounting | Tax | Business Advisory

Keputusan BI Stabilkan Suku Bunga, IHSG Langsung Meroket

IBX-Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat pada perdagangan Rabu sore, setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75 persen.

IHSG mencatat kenaikan sebesar 96,11 poin atau 1,47 persen ke level 6.634,38. Sementara itu, indeks LQ45 yang berisi saham-saham unggulan naik 14,47 poin atau 1,98 persen ke posisi 744,78.

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus (Nico), menjelaskan bahwa pelaku pasar mencermati keputusan suku bunga sebagai bagian dari respons terhadap ketidakpastian global, terutama di tengah kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat. Menurutnya, pasar berharap keputusan ini mampu menjadi langkah strategis untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dari tekanan eksternal.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22-23 April 2025 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,75 persen. Tak hanya itu, suku bunga deposit facility tetap dijaga di angka 5 persen, sementara suku bunga lending facility juga dipertahankan pada level 6,5 persen.

Sementara dari global, sentimen pasar terpengaruh oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menenangkan kekhawatiran investor.Trump memastikan tidak akan memberhentikan Ketua The Fed Jerome Powell, sehingga meredakan kekhawatiran terkait independensi bank sentral AS. Ia juga menyebut bahwa tarif impor terhadap barang-barang dari China tidak akan setinggi 145 persen seperti yang sempat dikhawatirkan pasar.

Menteri Keuangan AS, Bessent, menyatakan harapan atas meredanya ketegangan dagang antara AS dan China, meskipun mengakui bahwa proses negosiasi dengan China akan memakan waktu dan penuh tantangan. Pelaku pasar pun mulai melihat tanda-tanda kemungkinan penurunan tensi dalam konflik dagang kedua negara.

Dari Tiongkok, bank sentral negara tersebut mendorong perusahaan-perusahaan milik negara untuk menggunakan Yuan dalam transaksi luar negeri, sebagai bagian dari upaya untuk mempercepat internasionalisasi mata uang nasional di tengah meningkatnya tekanan dari ketegangan perdagangan global.

Penguatan berlangsung hingga penutupan sesi pertama dan berlanjut sampai penutupan sesi kedua. Berdasarkan indeks sektoral IDX-IC, seluruh sebelas sektor mencatatkan kenaikan. Sektor properti memimpin dengan lonjakan 2,5 persen, disusul sektor kesehatan yang naik 1,83 persen dan sektor barang konsumsi non-primer sebesar 1,76 persen.

Saham-saham dengan kenaikan tertinggi antara lain CINT, NETV, DGNS, INET, dan FORU. Sementara yang mencatatkan penurunan terbesar meliputi GEMA, MEJA, STTP, CITY, dan SOFA.

Aktivitas pasar tercermin dari total 1.286.754 kali transaksi dengan volume perdagangan mencapai 21,93 miliar saham dan nilai transaksi sebesar Rp13,62 triliun. Sebanyak 412 saham menguat, 193 saham melemah, dan 201 saham stagnan.

Dari bursa saham Asia, mayoritas indeks regional juga mencatatkan kinerja positif. Indeks Nikkei Jepang menguat 648,03 poin atau 1,89 persen ke level 34.868,63. Indeks Kuala Lumpur naik 14,94 poin (1,01 persen) ke 1.501,19, sedangkan indeks Strait Times Singapura menguat 37,89 poin (1 persen) ke 3.822,30. Di sisi lain, indeks Shanghai melemah tipis 3,40 poin atau 0,10 persen ke posisi 3.296,36.

*disclaimer

Sumber: IHSG ditutup menguat seiring BI tahan suku bunga acuan

Recent Posts

Tax Buoyancy Negatif Jadi Alarm bagi Kinerja Penerimaan Negara

IBX – Jakarta. Meskipun ekonomi Indonesia masih tumbuh stabil, penerimaan pajak hingga kuartal III 2025 justru menunjukkan tren yang melemah. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi penerimaan pajak masih terkontraksi dengan nilai tax buoyancy yang jatuh ke -0,64. Secara sederhana, tax buoyancy menggambarkan seberapa responsif penerimaan pajak terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika

Read More »

Prospek Penerimaan Pajak 2025 Suram, Analis Ingatkan Ancaman Shortfall

IBX – Jakarta. Kinerja penerimaan pajak hingga kuartal III/2025 tengah menjadi sorotan. Direktur Jenderal Pajak Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa perlambatan ekonomi, terutama di sektor swasta, menjadi penyebab utama melemahnya kontribusi pajak sepanjang tahun berjalan. Padahal, berdasarkan data hingga September 2025, realisasi penerimaan pajak dinilai belum selaras dengan pertumbuhan ekonomi

Read More »

Uzbekistan Tetapkan PPN 0% untuk Produk Pertanian: Langkah Strategis Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Pemerintah Uzbekistan memutuskan untuk menetapkan tarif 0% atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk produk-produk pertanian seperti buah-buahan, sayuran, daging, susu, dan telur yang diberlakukan mulai 1 Januari 2026. Kebijakan ini akan menggantikan tarif PPN yang berlaku dan menargetkan kebijakan tersebut menjadi solusi untuk mengurangi beban pajak petani, meningkatkan profitabilitas sektor

Read More »