IBX-Jakarta. Dalam pasal (9) huruf g Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) sebagaimana terakhir diubah dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 menjelaskan bahwa zakat yang diterima badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang disahkan pemerintah dapat dijadikan pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP).
Lebih lanjut, kebijakan tersebut diatur dalam Pasal 22 dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pasal tersebut menjelaskan bahwa Zakat yang dibayarkan kepada BAZNAS atau LAZ dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan yang dikenakan pajak.
Kebijakan pengurangan Zakat dan sumbangan keagamaan lainnya bertujuan untuk mencegah beban ganda bagi seluruh wajib pajak, juga merupakan dukungan pemerintah kepada masyarakat dalam melaksanakan kewajiban beragama.
Sebagai perbandingan berikut perhitungan Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak :
Item | Tanpa Bayar Zakat | Dengan Bayar Zakat |
Penghasilan Neto | 100,000,000 | 100,000,000 |
Zakat | – | 10,000,000 |
PTKP | 72,000,000 | 72,000,000 |
Penghasilan Kena Pajak | 28,000,000 | 18,000,000 |
Pajak Terutang | ||
5% | 1,400,000 | 900,000 |